Penghujung tahun 2024 didepan mata, bisnis properti di Indonesia bagaimana kabarnya ? Akhir tahun ini sektor properti berkembang sangat dinamis. Ada dua hal yang terjadi terkait dinamika tersebut yaitu, pertama adanya tren positif dari kebijakan pemerintah dan upaya pemulihan ekonomi pasca-pandemi. Kedua, permasalahan suku bunga tinggi, inflasi, dan ketidakpastian global masih menjadi masalah tersendiri yang harus dihadapi.
Optimisme Tren Positif Pasar Properti
Diberlakukannya kebijakan pemerintah, seperti insentif PPN 100% untuk pembelian rumah tertentu memberikan dorongan positif pada pasar properti. Dampak dari kebijakan tersebut sudah terasa pada semester kedua tahun ini. Hasil dari kebijakan tersebut sangat dirasakan terutama oleh kelompok masyarakat menengah ke bawah.
Tren positif lainnya adalah adanya wacana penghapusan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) masih menjadi perhatian publik saat ini. Tentu saja wacana ini akan memberikan harapan bagi pelaku industri properti dan konsumen. Diprediksi jika wacana tersebut direalisasikan akan berdampak besar pada pasar properti, daya beli masyarakat akan naik, transaksi akan lebih cepat. Otomatis hal tersebut akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Perlu diketahui juga bahwa optimisme pasar properti juga dipicu oleh perkembangan teknologi digital pada properti menjadi salah satu motor penggerak baru. Penggunaan platform digital dalam transaksi keuangan, pemasaran dan manajemen properti membantu meningkatkan efisiensi operasional. Generasi milenial dan Gen Z adalah kelompok masyarakat yang terhubung pada teknologi ini, merekalah yang mendominasi pembelian properti saat ini.
Tantangan Selalu Ada
Sudah menjadi hal biasa ada optimisme pasti ada tantangan yang harus dihadapi, begitu juga dengan pasar properti. Salah satu dari tantangan tersebut adalah nilai suku bunga kredit perbankan yang masih tinggi menjadi kendala utama bagi konsumen. Dari sisi pengembang, kendala tersebut mendorong pengembang harus lebih kreatif dalam menawarkan skema pembayaran seperti cicilan tanpa bunga atau DP ringan.
Adapun kendala lainnya adalah laju inflasi yang masih sulit dikendalikan, tentu saja hal ini sangat berpengaruh pada besarnya biaya konstruksi dan operasional. Inflasi memicu naiknya harga material bangunan maka margin keuntungan pengembang akan tertekan, terutama untuk proyek hunian segmen menengah ke bawah.
Upaya Menghadapi Tantangan
Usaha untuk menghadapi tantangan ini, pengembang dituntut melakuan inovasi. Salah satunya adalah dengan menawarkan menawarkan pada konsumen hunian ramah lingkungan dan hemat energi, seperti konsep “eco-green living,” misalnya. Perlu diketahui bahwa konsep hunian ini sedang mendapatkan perhatian besar dari pasar properti saat ini.
Haqul yakin pada penghujung 2024 ini, sektor properti masih tetap menjadi salah satu sektor andalan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tetapi perlu diperhatikan juga bahwa, keberhasilan industri ini sangat bergantung pada kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan pasar yang berkembang. Selain itu juga peran kebijakan dari pemerintah akan mempercepat laju keberhasilan industri ini
Penulis/Editor : Haris Sukarna Yudhabrata
Sumber : Dari berbagai sumber