Bisnis properti pada kuartal IV tahun 2022 ini berkembang secara dinamis. Properti disini yang dimaksud adalah apartemen dan rumah tapak. Terjadi kondisi naik turun pada beberapa sektor properti. Hal ini mendorong pengembang untuk bersikap waspada terhadap terjadinya penurunan harga.
Ketua Umum Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI), Lukas Bong menyebutkan bahwa saat ini sedang terjadi penurunan harga yang cukup drastis pada apartemen. Pusat kota sebagai tempat berdirinya apartemen menjadi persoalan tersendiri yaitu, mulai sepinya permintaan. Dikarenakan, kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya hanya dijadikan sebagai tempat bekerja saja bukan untuk tinggal menetap. Hal inilah yang memicu terkoreksinya harga apartemen hingga kuartal IV 2022.
Rumah tapak hunian utama masyarakat Indonesia
Menurut Harun Hajadi direktur Ciputra Development, Pertumbuhan rumah tapak cukup baik terutama diharga 1,5 M karena orang Indonesia masih menyukai rumah tapak. Ini menunjukkan bahwa apartemen hanya bisa hidup di kota-kota besar seperti Surabaya dan Jakarta.
Perlu diketahui menurunnya harga apartemen tidak mempengaruhi harga dan permintaan akan kebutuhan rumah tapak. Sebagai kebutuhan pokok, rumah tapak menjadi pilihan utama tempat tinggal bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Selain jauh dari kebisingan kota, rumah tapak lebih ramah dan nyaman untuk ditinggali bersama keluarga. Oleh karena itu terjadi kontradiksi untuk pertumbuhan rumah tapak dan apartemen, terjadi terkoreksinya harga apartemen tetapi rumah tapak tetap stabil.
Harga Rumah tapak tetap stabil
Permintaan dan harga rumah tapak terproyeksi stabil dari tahun ke tahun. Saat terdapat isu bubble harga properti di Indonesia, rumah tapak tidak terdampak sama sekali. Para developer masih dapat mempertahankan eksistensinya dan terus mengembangkan produknya.
Kondisi ini berbeda dengan apartemen yang perlahan mulai ditinggalkan para penghuninya yang sebagian besar tidak menetap di kota. Meski demikian, turunnya harga apartemen yang cukup signifikan perlu dipertimbangkan oleh para pengembang. Pasalnya, harga yang terkoreksi saat ini diprediksi tidak bisa di dapatkan pada 3-5 tahun mendatang.
Masih menurut Harun Hajadi meski apartemen yang sedang mengalami penurunan tetapi berpotensi mengalami peningkatan pada tiga sampai lima tahun mendatang. Hal ini berdasar pada harga bahan bangunan yang cenderung meningkat. Saat ini saja terjadi peningkatan hingga 11% berarti akan terjadi peningkatan dibeberapa tahun kedepan.
Penulis : Siti Lilik NR
Editor : Haris Sukarna Yudhabrata
Sumber:
Wawancara langsung CNBC dalam program Property Point pada Kamis, 22 Oktober 2022