Sertifikat tanah adalah bukti hukum hak kepemilikan tanah dan bangunan. Kepemilikan sertifikat sangatlah penting untuk keberlangsungan investasi dimasa depan. Adanya sertifikat bukan saja sebagai bukti kepemilikan tetapi juga juga untuk menghindari terjadinya pemalsuan dokumen tanah.
Penulis mencoba untuk menjelaskan tentang sertifikat tanah dari aspek landasan hukum dan jenis-jenis sertifikat yang ada di Indonesia.
Landasan Hukum Sertifikat Tanah dan Bangunan
Landasan hukum sertifikat adalah pasal 19 ayat 2 huruf c UUPA dan pasal 30 ayat 1. Menurut pasal 19 ayat 2 huruf c UUPA secara gari besarnya merupakan bukti hak kepemilikan dan pengelolaan tanah.
Sedangkan pasal 30 ayat 1 menjelaskan sertifikat hak mutlak pemilik tanah sesuai dengan data fisik dan yuridis dalam buku tanah. Berarti sertifikat tanah hanya boleh diserahkan kepada pihak yang namanya tercantum dalam buku tanah.
Jenis dan Macam Sertifikat Yang Ada di Indonesia
Berdasarkan Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) No. 5 tahun 1960 ada enam jenis sertifikat yang beredar di Indonesia. Berikut penjelasannya :
- Sertifikat Hak Milik (SHM). SHM merupakan sertifikat tanah dengan kepemilikan mutlak dan kuat hak atas lahan atau tanah. SHM merupakan bukti hukum yang kuat dan tak terbatas waktu serta berpengaruh terhadap harga jual tanah.
- Sertifikat Hak Guna Usaha (SHGU).Hak Guna Usaha (HGU) adalah hak penguasaan tanah negara dalam jangka waktu tertentu. Waktu penguasaan hanya 25 tahun dan luas nya sekurang-kurangnya 5 hektare.
- Akta Jual Beli (AJB), AJB bukanlah sertifikat tetapi salah satu bukti pengalihan hak atas tanah sebagai akibat dari jual-beli. AJB dapat terjadi dalam berbagai bentuk kepemilikan tanah, baik Hak Milik, Hak Guna Bangunan, maupun Girik.
- Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB). SHGB adalah sertifikat diperuntukan untuk pemanfaatan tanah milik negara. SHGB mempunyai batas waktu 30 tahun dengan luas kepemilikan kurang dari 600 meter persegi.
- Girik atau Petok merupakan surat penguasaan atas lahan yang konversi haknya belum didaftarkan pada negara. Contoh tanah warisan.
Penulis/Editor : Haris Sukarna Yudhabrata