Suara klakson, kepulan asap, hingga raut wajah penat selalu menjadi pemandangan biasa di kota-kota besar Indonesia. Utamanya di daerah perindustrian dan perkantoran seperti Jakarta, Yogyakarta, hingga Surabaya. Hari kerja menjadi masa-masa paling sibuk jalanan perkotaan. Kondisi ini semakin parah di sore hari saat waktu pulang tiba.
Para pekerja dari berbagai sektor menghabiskan sebagian besar waktunya di tengah kemacetan dan riuhnya jalanan. Hal ini tentu berbeda jika memiliki tempat tinggal dekat tempat kerja dan dapat dijangkau dengan berjalan kaki.
Para pengembang bisa menyediakan kebutuhan konsumen untuk mengelola tempat tinggal yang nyaman, seperti memiliki akses para pejalan kaki. Beberapa negara maju di Asia seperti Singapura, Jepang, hingga Korea Selatan sangat mendukung dan menghormati hak pejalan kaki. Selain untuk meningkatkan Kesehatan, berjalan kaki cukup ampuh mengurangi kemacetan di jalan raya.
Lokasi yang strategis, berada di lingkungan industrial dan perkantoran adalah kunci. Sebagai pengembang, melakukan riset seberapa tinggi tingkat pertumbuhan karyawan disekitar lokasi perlu dilakukan agar bisnis anda tetap berjalan. Anda bisa menentukan target konsumen sebelum melakukan pembangunan, baik untuk dijual secara langsung maupaun disewakan.
Inilah alasan perlunya perumahan bebasis Active frontage :
1. Efektif meningkatkan trafic perekonomian.
Anda dapat menerapkan tata ruang berbasis active frontage seperti yang telah diimplementasikan pemerintah pada beberapa lokasi di DKI Jakarta. Active frontage merupakan efisiensi ruang publik untuk kawasan bisnis atau ritel di mana memanfaatkan ruang terbuka yang langsung mengarah ke jalan setapak. Konsep pembangunan seperti ini sangat efektif dalam meningkatkan traffic perekonomian di kawasan sekitar.
2. Cocok untuk perumahan dekat jalan raya
Umumnya, rancangan bangunan active frontage diterapkan pada area publik seperti gedung perkantoran, pertokoan, dan sebagainya. Konsep ini sangat cocok diadopsi pada kawasan perumahan dekat jalan raya. Terlebih lagi apabila berada di kawasan aktif seperti perkantoran dan industrial.
Namun, tidak semua bangunan yang mengarah ke jalan raya disebut sebagai active frontage, melainkan bangunan yang 50% fasad bangunannya tidak terhalang dari jalur pejalan kaki, baik visual maupun akses. Penghubung antara bangunan dan jalan raya pada sebuah bangunan (khususnya rumah) dapat diterapkan pada pembuatan kanopi dan jendela yang langsung mengarah ke jalan raya dengan material transparan.
3. Menambah nilai guna rumah.
Selain itu, pembuatan kawasan terbuka hijau yang dilengkapi fasilitas pendukung seperti tempat duduk dipinggir jalan juga menjadi nilai lebih. Hal ini dapat menambah nilai guna dan daya Tarik para pemilik rumah untuk berjalan kaki sekaligus menggaet calon pembeli di kawasan perumahan.
Demikianlah sekilas tentang Hunian berbasis Active frontage, mudah-mudahan bermanfaat.
Penulis: Siti Lilik NR
Editor : Haris Sukarna Yudhabrata
Sumber:
https://www.kompas.com/properti/read/2022/12/23/200000521/kawasan-pejalan-kaki-berkonsep-active-frontage-bukan-lagi-tren-tapi?page=all
https://kfmap.asia/blog/mengenal-active-frontage-strategi-pemanfaatan-jalur-pedestrian-di-kawasan-komersial/2375