Kegagalan dalam mengelola bisnis adalah hal lumrah yang sering dialami oleh para investor, khususnya dalam bisnis properti. Faktanya, berdasarkan data Australian Bureau of Statistic hanya terdapat 9% investor yang berhasil mengelola tiga atau lebih properti pada satu waktu, sisanya hanya mampu mengelola satu atau dua properti saja. Bagaimana dengan Indonesia? Bukankah Indonesia memiliki tingkat pertumbuhan yang jauh lebih tinggi dari Australia?
Benar. Rasanya, tidak fair jika kita membandingkan Indonesia dengan Australia yang jelas berbeda. Namun, data tersebut tidak sepenuhnya sia-sia. Kita dapat menjadikan data tersebut sebagai bahan intropeksi dan perbaikan pengembangan bisnis.
Pada dasarnya, permasalahan bisnis properti di setiap negara tidak jauh berbeda. Demand, Cash Flow, hingga modal selalu menjadi permasalahan yang tidak ada habisnya. Lantas upaya apa yang dapat kita lakukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut? Maka hindarilah tiga (3) berikut dibawah ini.
1. Persiapkan modal yang tidak cukup
Modal menjadi hambatan utama seorang yang hendak terjun pada dunia properti. Anggapan bahwa bisnis properti hanya dapat dijalankan oleh kaum elit (menengah ke atas) membuat beberapa orang dari kalangan menengah ke bawah kicep dan enggan memulainya.
2. Kurangnya kemauan dan kerja keras
Modal utama yang harus anda miliki selain uang adalah kemauan dan kerja cerdas. Anda dapat memulai bisnis properti dengan strategi yang baik tanpa modal.
Salah satu upaya yang dapat anda lakukan adalah dengan membangun trust dengan para calon konsumen dengan gambaran masa depan yang pasti dan jelas. Anda harus benar-benar Amanah dan dapat memberikan prospek yang bagus bagi calon konsumen. Kenakan biaya di muka untuk membangun bakal calon properti yang anda tawarkan sehingga bisnis anda dapat berjalan.
3. Pengaturan arus kas yang buruk
Jika modal bukan masalah bagi anda, apakah arus kas anda sudah benar dan menguntungkan? Arus kas yang buruk selalu dibarengi dengan rendahnya angka permintaan sehingga hal ini harus segera dituntaskan.
Sebagian besar investor terlalu terfokus pada pelunasan propertinya tanpa mengindahkan dana yang dikeluarkan. Biasanya investor dengan pemikiran ini akan terpaku pada pembayaran properti dengan menggunakan gaji yang dimiliki, padahal metode ini sangat tidak sehat untuk pertumbuhan bisnis.
Anda dapat meminimalisirnya dengan mengatur ulang strategi bisnis anda agar lebih efisien dan menguntungkan. Bagaimana caranya? Cermati kebutuhan pasar dan manfaatkan berbagai media untuk meningkatkan daya beli.
Bagaimana? sudah siap menjadi calon developer berikutnya?
Penulis: Siti Lilik NR
Editor : Haris Sukarna Yudhabrata